6 KERAJAAN BISNIS SEKS MAFIA YAKUZA JEPANG |
Mereka mengoperasikan sejumlah rumah bordil, panti pijat dan produksi video porno.
“Dunia pelacuran banyak yang dikelola para Yakuza. Mereka bisa berkembang karena memang banyak permintaan dari kalangan pria di Jepang,” kata Richard Susilo penulis buku ‘Yakuza Indonesia’ terbitan Kompas tahun 2013.
Bisnis seks yang dilakukan oleh kelompok ini cukup menguntungkan bagi mafia sekelas mereka. Sebab, mereka bisa mempekerjakan para pelacur seenaknya bahkan terkesan seperti budak. Mereka tidak akan memberikan uang kepada para wanita peliharaan-peliharaannya.
“Pelacuran adalah portal uang Yakuza, selain judi, narkoba, dan pencucian uang,” kata Richard.
Silakan intip gurita bisnis seks mereka. Tapi ingat, hati-hati berurusan dengan Yakuza. Salah-salah nyawa bisa melayang.
1. Pelacur anak dan remaja
6 KERAJAAN BISNIS SEKS MAFIA YAKUZA JEPANG |
Jelas pelacuran anak dan remaja melanggar hukum. Pelakunya dijerat dua pasal sekaligus UU antiprostitusi dan UU kesejahteraan anak. Usia dewasa di Jepang adalah 20 tahun.
Mengutip koran Nikkei, Richard menuliskan seorang gadis berusia 17 tahun harus melayani sedikitnya lima lelaki hidung belang yang menyukai anak kecil dan gadis remaja, setiap harinya.
Pelacuran anak di bawah umur ini sering disebut enjokosai. Mereka tumbuh subur seiring banyaknya penyimpangan seks di kalangan pria Jepang.
2. Ayam kampus ala Yakuza
6 KERAJAAN BISNIS SEKS MAFIA YAKUZA JEPANG |
Banyak mahasiswi terjerat prostitusi karena kesulitan ekonomi. Mereka kemudian menganggap menjadi PSK adalah pekerjaan profesional. Seperti bekerja kantoran saja, sehingga tak ada rasa penyesalan.
Tapi tidak selalu para mahasiswi ini selalu melayani urusan ranjang. Ada yang hanya menemani tamu pria di karaoke, teman kencan, hingga foto model seksi.
Sekali mengencani mahasiswi tarifnya rata-rata 20.000 yen atau Rp 2 juta sekali kencan.
3. Pijat plus-plus
6 KERAJAAN BISNIS SEKS MAFIA YAKUZA JEPANG |
Bulan April lalu, polisi menggerebek sebuah panti pijat Miko di daerah Kanda Tokyo. Menurut penyelidikan, panti pijat itu sudah meraup keuntungan 100 juta yen atau Rp 10 miliar selama tiga tahun terakhir.
Tarif pijat di sana 11.000 yen atau Rp 1,1 juta untuk satu jam. Dua jam meningkat jadi 18.000 yen atau Rp 1,8 juta. Makin banyak variasi, makin mahal.
Menurut Richard, mengutip sumber di kepolisian, makin banyak tempat seperti ini bermunculan. Sejak Bulan Februari 2012, di daerah Kanda, polisi menggerebek lima tempat seperti ini.
4. Sushi di atas tubuh wanita
6 KERAJAAN BISNIS SEKS MAFIA YAKUZA JEPANG |
Gaya makanan seperti ini disebut nyotaimori. Hal ini dilarang di Jepang, tapi para Yakuza menjalankannya di tempat prostitusi yang mereka kelola.
Kalangan pimpinan Yakuza menikmati nyotaimori sambil minum minuman keras. Mereka juga ditemani para wanita yang siap memberikan pelayanan.
5. DVD porno
6 KERAJAAN BISNIS SEKS MAFIA YAKUZA JEPANG |
Dari DVD Porno saja penghasilan per bulan minimal 3 juta yen, atau sekitar Rp 300 jutaan dari satu toko. Sabtu 12 April 2013, polisi menggerebek tiga orang penjual DVD porno di daerah Toshima Ikebukuro, Tokyo. Polisi menyita 20.000 piringan cakram DVD porno.
Film porno di Jepang sebenarnya diperbolehkan alias legal. Syaratnya, alat kelamin harus disensor atau diburamkan. Produser film wajib menyensornya sendiri sebelum diedarkan.
Nah, Yakuza tak mau menyensor DVD porno. Inilah yang membedakan film mereka dengan yang legal. Mereka pun tak jera beroperasi walau sudah digerebek.
6. Live chatting dengan anak kecil
Perkembangan internet juga membuat Yakuza melirik bisnis live chatting mesum. Mereka menyiapkan jaringan internet dimana para pria hidung belang bisa mengobrol dengan gadis-gadis di bawah umur.
Awalnya cuma mengobrol, lalu bisa saja para pelanggan meminta wanita-wanita itu melepaskan baju.
Dalam enam bulan, mereka mengantongi keuntungan 220 juta yen atau Rp 22 miliar. Jika dihitung, rata-rata setiap pelanggan mengeluarkan biaya sekitar Rp 2,7 juta setiap melakukan live chatting.
0 komentar:
Posting Komentar